Bangka dan Perekonomian Nusantara Abad 19
"Pahit Manis Sejarah Penambangan Timah Bangka"
Oleh: Kms. Gerby Novario
Pendahuluan
Sejak ditandatangani Kapitulasi Tuntang di Desa Tuntang, Semarang, Jawa Tengah tanggal 18 September 1811 sampai dengan Traktat London tanggal 13 Agustus 1814, pulau Bangka dan pulau Belitung berada di bawah pengaruh dan kekuasaan pemerintah kerajaan Inggris. Pada tanggal 26 April 1812, Jenderal Inggris Robert Rollo Gillespie berhasil menguasai Palembang dan Sultan Palembang Mahmud Badaruddin II terdesak lari ke Musi Rawas untuk menyusun kekuatan. Sehari kemudian tanggal 27 April 1812 ditandatangani perjanjian antara Jenderal Robert Rollo Gillespie dengan Ahmad Najamuddin (Pangeran Dipati) saudara Sultan Mahmud Badaruddin II yang berambisi menjadi sultan, yang isinya antara lain, bahwa pulau Bangka dan pulau Belitung menjadi milik kerajaan Inggris, serta eksploitasi terhadap timah di pulau Bangka dan pulau Belitung dilakukan oleh wakil dari Inggris yang berkedudukan di Palembang. Pada tanggal 20 Mei 1812 Jenderal Robert Rollo Gillespie menguasai Kota Muntok dan memproklamirkan, bahwa Inggris berkuasa atas pulau Bangka dan mengubah nama pulau Bangka menjadi Duke of Yorks Island, serta nama Muntok diubah menjadi Minto untuk kehormatan bagi Sir G. Elliot Earl of Minto, seorang gubernur jenderal Inggris di India. (Dinas Pendidikan kota Pangkalpinang, 2013).
Sejak ditandatangani Kapitulasi Tuntang di Desa Tuntang, Semarang, Jawa Tengah tanggal 18 September 1811 sampai dengan Traktat London tanggal 13 Agustus 1814, pulau Bangka dan pulau Belitung berada di bawah pengaruh dan kekuasaan pemerintah kerajaan Inggris. Pada tanggal 26 April 1812, Jenderal Inggris Robert Rollo Gillespie berhasil menguasai Palembang dan Sultan Palembang Mahmud Badaruddin II terdesak lari ke Musi Rawas untuk menyusun kekuatan. Sehari kemudian tanggal 27 April 1812 ditandatangani perjanjian antara Jenderal Robert Rollo Gillespie dengan Ahmad Najamuddin (Pangeran Dipati) saudara Sultan Mahmud Badaruddin II yang berambisi menjadi sultan, yang isinya antara lain, bahwa pulau Bangka dan pulau Belitung menjadi milik kerajaan Inggris, serta eksploitasi terhadap timah di pulau Bangka dan pulau Belitung dilakukan oleh wakil dari Inggris yang berkedudukan di Palembang. Pada tanggal 20 Mei 1812 Jenderal Robert Rollo Gillespie menguasai Kota Muntok dan memproklamirkan, bahwa Inggris berkuasa atas pulau Bangka dan mengubah nama pulau Bangka menjadi Duke of Yorks Island, serta nama Muntok diubah menjadi Minto untuk kehormatan bagi Sir G. Elliot Earl of Minto, seorang gubernur jenderal Inggris di India. (Dinas Pendidikan kota Pangkalpinang, 2013).
Eksplorasi Timah Bangka Masa Kolonial Inggris
Untuk
selanjutnya Inggris kemudian membagi Bangka menjadi 3 divisi, Pembagian divisi
ini lebih cenderung didasarkan pada pembagian wilayah eksplorasi atau
penambangan timah, dibandingkan pada pembagian wilayah berdasarkan kepentingan
pemerintahan. Pembagian divisi di pulau Bangka meliputi wilayah bagian utara
(northern division) yaitu wilayah Jebus (stocade of Teboos), Belinyu (stocade
of Belinyoo), Sungailiat (stocade of Soongie-liat), serta Merawang (stocade of
Marawang), kemudian wilayah bagian barat
(western division) pulau Bangka
meliputi wilayah Muntok (town of minto), Belo (village of Belo),
Kotawaringin (stocade of Kooto Waringin, Distric Jeruk, Distric Peesang, dan
terakhir wilayah bagian selatan timur pulau Bangka (south east division) yang
meliputi hampir separuh pulau Bangka yaitu Pangkalpinang (stocade of Pangkal
Penang), Sungaiselan (Godong Selan), Bangkakota (Old Settlement of Banko
Kotlo), Koba (Koba), Paku (Pakoo), Permis (Permissang), Olim (Oolim), dan
Toboali (stocade of Tooboo-alie).(Kompassiana, 2011)
Untuk
meningkatkan produksi dan memperkenalkan cara baru penambangan dan pengelolaan
pertambangan timah di pulau Bangka, Gubernur Jenderal Inggris di Batavia,
Thomas Stamford Bingley Raffles mengutus Dr. Horsfield untuk mengadakan
penelitian. Langkah pertama yang dilakukan Inggris di pulau Bangka adalah
menarik hati rakyat Bangka dengan menghapus sistem pajak Timah Tiban dan Tukon
yang dianggap tidak adil oleh Inggris karena hanya dibebankan kepada orang
pribumi Bangka. Pemerintah Inggris kemudian mengadakan perundingan dengan
kepala-kepala parit dan kongsi-kongsi penambangan untuk meningkatkan produksi
timah di pulau Bangka dan kemudian disepakati tentang harga timah yang dijual
ke Inggris sebesar 6 ringgit sepikul (satu pikul setara dengan 60 kg), bebas
dari ongkos melebur dan mengangkut serta pelunasan hutang oleh kepala-kepala
parit dan kongsi-kongsi penambangan kepada pemerintah. Pemerintah juga
memberikan bantuan biaya bagi pembukaan tambang-tambang baru, sementara ongkos
penyelenggaraan parit-parit penambangan timah ditanggung oleh kepala parit,
membayar pekerja tambang dengan upah yang lebih tinggi dalam mata uang yang
dapat dipertukarkan, membentuk opsir dari orang Cina. Pemerintah Inggris juga
mendatangkan pekerja-pekerja tambang dari Kanton Cina untuk meningkatkan
produksi timah di pulau Bangka. (Dinas
Pendidikan kota Pangkalpinang, 2013).
Selanjutnya
pemerintah Inggris akan membangun gedung-gedung baru dan tanur-tanur untuk peleburan timah (salah satu gedung
yang dibangun Pemerintah Inggris di dekat pelabuhan Muntok disebut masyarakat
dengan sebutan Gedung Kuning karena di cat berwarna kuning, gedung ini
berfungsi untuk menampung pekerja tambang dari Kanton Cina yang baru datang di
Kota Muntok). Kebijakan lain dari pemerintah Inggris selanjutnya adalah
menentukan harga padi sebesar 3 ringgit sepikul dan penentuan harga-harga
barang kebutuhan lainnya dengan harga yang layak. (Dinas Pendidikan kota
Pangkalpinang, 2013).
Produksi Timah Bangka Abad 19
Produksi timah
pada masa kekuasaan Inggris di pulau Bangka walaupun berlangsung singkat dengan
penerapan kebijakan baru di atas relatif cukup besar dengan produksi timah
sekitar 78.325 pikul. Meskipun masa kekuasan Inggris di pulau Bangka
berlangsung singkat, namun kebijakan yang dibuat Inggris dalam masa yang
singkat berakibat luas bagi pola penambangan dan pengelolaan timah di pulau
Bangka masa-masa selanjutnya. Dr. Horsfield di samping mempelajari masalah tentang
pertimahan juga mempelajari tentang masyarakat pulau Bangka. Dr. Horsfield pada
tahun 1813 mencatat, bahwa dimasa itu orang pribumi Bangka yaitu Orang Darat
atau Orang Gunung dan Orang Laut masih sedikit dipengaruhi oleh agama Islam.
(Dinas Pendidikan kota Pangkalpinang, 2013).
Ekonomi Bangka Kembali ke Kolonial Belanda
Runtuhnya
kekuasaan Napoleon Bonaparte di Eropa,
menyebabkan negara-negara Eropa harus menata kembali wilayah yang
menjadi koloninya di berbagai belahan dunia. Dalam menata kembali daerah
jajahannya, kerajaan Belanda dan kerajaan Inggris pada tanggal 13 Agustus 1814
merumuskan suatu persetujuan yang kemudian dituangkan dalam Traktat London atau
konvensi London.
Traktat London
ditandatangani oleh wakil dari kerajaan Belanda, Mr. Hendrik Fagal, dan wakil
dari kerajaan Inggris, Lord Caster Ragh. Pemerintah kerajaan Belanda
berdasarkan Traktat (konvensi) London kembali berkuasa atas wilayah Hindia
Belanda. Seluruh proses serah terima daerah kekuasaan antara kerajaan Inggris dan
kerajaan Belanda berdasarkan perjanjian atau Traktat London dilakukan antara
M.H. Court sebagai perwakilan kerajaan Inggris dengan K. Heynes yang mewakili
kerajaan Belanda. Serah terima dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 1816 di
Kota Muntok pulau Bangka. (Dinas Pendidikan kota Pangkalpinang, 2013).
Pulau Bangka
diserahkan Pemerintah kerajaan Inggris kepada kerajaan Belanda sebagai ganti
Cochin yang terletak di Kerala India. Serah terima ini jelas sekali
menunjukkan, bahwa pulau Bangka pada waktu itu merupakan bandar dan tempat yang
strategis bagi kerajaan Inggris dan kerajaan Belanda di kawasan pulau Sumatera
dan di wilayah Indonesia Bagian Barat. Penyerahan pulau Bangka kepada kerajaan
Belanda mendapat protes dari Thomas Stamford Bingley Raffles kepada Dewan
Rahasia East India Company karena Thomas Stamford Bingley Raffles sangat
mengerti akan pentingnya posisi strategis pulau Bangka pada masa itu. Sepucuk
surat Raffles tertanggal 3 Juli 1818 kepada Dewan Rahasia East India Company
antara lain berbunyi:
it is much to be regretted that
the island of Banca was ever ceded to the Dutch. Could this important station
be regained, in payment for the heavy sums due by the Dutch Government on the
close of the Java accounts, its advantages to the British Government would
abundantly repay the amount foregone. Possessing Banca in indisputed sovereigny, it would be
the seat of our eastern Government.....
Pemerintah
Hindia Belanda setelah kembali berkuasa di pulau Bangka kemudian mengangkat K.
Heymis sebagai Residen. (Dinas
Pendidikan kota Pangkalpinang, 2013). Setelah dikuasai
lagi oleh Belanda, produksi timah terus dilakukan, bahkan dikutip dari tulisan
Tijdschrift voor Ned, kapal Indie VIII yang akan pulang kenegeri Belanda pada
tahun 1846 membawa lebih dari 100.00 pon timah yang diduga berasal dari Bangka,
timah sebanyak itu kemudian memasuki pasar Amsterdam. Pada masa inilah terjadi
perlawanan yang sangat keras dari beberapa pejuang lokal Bangka, diantaranya
pemberontakan dari Depati Amir, Depati Bahrin, dan Batin Tikal.
Fakta yang terjadi dalam penambangan timah pada abad
ke 19
Karena timah
yang dimonopoli oleh Belanda dengan harga yang telah mereka tentukan, membuat
rakyat menderita, kemudian penyeludupan timah yang sebelumnya ramai dilakukan
pada abad ke 18, kembali marak dilakukan, penyeludupan dapat dengan mudah
dilakukan mengingat letak gerografis perairan Bangka bagian utara yang langsung
menghadap ke Singapura dan Malaysia yang merupakan Bandar yang ramai. Wilayah
yang biasa digunakan untuk menyeludupkan timah adalah pelabuhan diwilayah
Bubus, Belinyu, dan pantai utara Jebus, karena letak geografisnya yang paling
dekat dengan selat Malaka dan keadaan gerografisnya yang berbukit dan pantai
yang berkelok. Rute penyeludupan yakini dari Bangka utara, menuju Lingga, kemudian langsung menuju
Singapura yang saat itu telah ramai menjadi Bandar baru di selat Malaka.
Bangka pada saat
itu merupakan surga bagi elit politik Belanda, mereka akan sangat senang
apabila ditempatkan disalah satu pulau baik itu Bangka ataupun Belitung,
karena royalty yang sangat besar akan
diterima, hal ini karena saat itu timah merupakan komoditi paling diandalkan
dipasar dunia.
Erman: 2009 mengungkapkan pada masa itu di kota Pangkal pinang ada sebanyak 283 orang
Eropa, di kota Sungailiat sebanyak 111 orang eropa, dikota Muntok ada sebanyak
312 orang Eropa, di Bangka selatan ada sebanyak 217 orang Eropa dan Bangka
utara yang rawan penyeludupan timah ada sekitar 77 orang Eropa, data ini
menujukan bahwa populasi orang-orang Eropa ini cukup padat bagi Bangka yang
luasnya tak seberapa.
Orang-orang
Eropa tadi bekerja di perusahan timah milik Belanda yang bernama Banka Tin
Winning (BTW), perusahaan ini terus mengeruk timah tanpa memperhatikan
kesejahteraan rakyat di Bangka, Belitung, dan Kepulauan Riau yang saat itu
menjadi sebuah keresidenan yang berpusat dikota Pangkalpinang, Bangka.
Daftar Pustaka
Abdullah,
Taufik, dkk. 2002. Sejarah Modern Awal. Jakarta: Grolier Internasional.
Arismunandar,
Agoes, dkk. 2002. Arsitektur. Jakarta: Grolier Internasional.
Burger,D.H.
(1962). Sedjarah Ekonomis Sosiologis Indonesia. Jakarta: Negara
_____Pradnjaparamita.
Erman. Erwiza.
2009. Dari Pembentukan Kampung ke Perkara Gelap: Menguak Sejarah _____Timah
Bangka Belitung. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Gde Agung, Ide
Anak Agung, 1989. Bali pada Abad XIX: Perjuangan Rakyat dan Raja-raja
_____Menentang Kolonialisme Belanda 1808-1908. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Poesponegoro,
Marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional Indonesia III & IV. Jakarta: Balai
_____Pustaka.
Tagel Eddy, I
Wayan, 1992. “Bara Lombok di Seberang Bali (Sebuah Studi Pemberontakan
_____Praya) 1891-1894,” Tesis S-2. Sekolah Pasca Sarjana UGM.
Internet:
http://nasional.kompas.com/read/2008/11/21/01505328/sitemap.html
http://sejarah.kompasiana.com/2010/05/28/l%E2%80%99histoire-se-repete-11-palembang-sisi-gelap-raffles-151961.html
http://akhmadelvian.dinpendikpkp.go.id/?com=post&view=item&id=24
http://melayuonline.com/ind/history/dig/287/negeri-bangka-belitung
0 comments:
Post a comment